Monday 25 July 2016

Kong Hu Cu – Kongfusianisme – Pendukung dan Pengeritik Pada Zaman Pra-Dinasti Qin 551 – 221 SM Jilid VI (6)

Kong Hu Cu – Kongfusianisme – Pendukung dan Pengeritik Pada Zaman Pra-Dinasti Qin 551 – 221 SM
Jilid VI

(6)


Ketaatan-Kesetiaan dan Tumbuh Kuat Sendiri      
正义    自强   zheng yi he zi jiang

Pemikiran Konfusianisme merupakan salah satu ajaran yang terpenting dari zaman Perang Musim Semi & Musim Gugur  ( 722 - 481 SM ) / Zaman Peperang Negara-negara( 403 – 221 SM )  (春秋战国时代chun qiu zhan guo shi dai), pandangannya masing-masing mempunyai perbedaan, dan fokus perhatiannya sesuai dengan latar belakang sejarah dari pemikir-pemikir yang bersangkutan. Misalnya Motisme memperhatikan sosial masyarakat. Daosisme memperhatikan kehidupan manusia. Legalisme memperhatikan Negara. Konfusianisme memperhatikan Kebudayaan.

Konfusianisme telah memberi pandangan akan’‘Nilai Inti Benar/Salah’ atau core value(核心价值观he xin jia zhi guan) kebudayaan yaitu Cinta Benvolence (仁爱ren ai); Keadilan/Ketaatan/Kesetiaan (正义zheng yi =Rightous); Bertumbuh Kuat Sendiri (自强zi jiang = Self renewal)

Pada tulisan yang lalu telah dibahas tentang ‘Cinta Benvolence’, namun mengapa kaum Konfusianisme menekankan tentang Keadilan/Ketaatan/Kestiaan dan Bertumbuh Kuat Sendiri? Kemudian mengapa Cinta Benvolence (仁爱ren ai) ; Keadilan/Ketaatan/Kesetiaan (正义zheng yi = Rightous); Bertumbuh Kuat Sendiri(自强zi jiang = Self renewal) bisa menjadi ‘Nilai Inti Benar/Salah’(core value) Kebudayaan orang Tionghoa?  

Cinta Benevolence adalah fokus usulan dari Kong Hu Cu (孔夫子kongfuzi), tapi ‘Keadilan/Ketaatan/Kesetiaan (Righteousness) (正义zheng yi) adalah fokus usulan dari Mensius(孟子mengzi) ( 孔曰成仁,孟曰取义kong yue cheng ren, meng yue qu yi).

Memang Kong Hu Cu juga membicarakan banyak sekali tentang ‘Keadilan/Ketaatan/Kesetiaan (yi) (Righteousness), tapi Kong Hu Cu tidak memadukan ‘Cinta Benevolence’(ren) dengan ‘Keadilan/Ketaatan/Kesitaan (yi)’. Sedang Kong Hu Cu hanya memadukan ‘Cinta Benevolence’ dengan ‘Akal Sehat’ (zhi) dan bahkan senang sekali memadukan keduanya ini, misalnya dengan kata mutiara dalam Analek : “Setiap orang mempunyai rasa cinta dan kesenangan yang berbeda-beda.” (知者乐水   仁者乐山 《论语  壅也》zhi zhe le shui, ren zhe le shan.  (zhi danren).  

Tapi yang memadukan ‘Cinta Benevolence’ (Ren) dan Keadilan/Ketaatan/Kesetiaan (yi) adalah Mensius. Mengapa Mensisus memadukan kedua hal ini? Memang secara teori dan praktek kedua hal ini sering menimbulkan masalah. Seperti telah diceritakan terdahulu bahwa pada zaman ‘Peperangan Negara-negara’ (战国时代zhan guo shi dai) tidak dibicarakan tentang ‘cinta’, sedang Ren () adalah masalah ‘cinta’ , jika pada zaman seperti ini membicarakan ‘cinta’ adalah sangat  sulit, karena keadaan sekelilingnya terjadi pembunuhan-pembunuhan, jika disaat demikian membicarakan tentang ‘cinta’, ini adalah suatu yang kontradiksi. Maka perlu dibicarakan tentang “kebencian” , namun membicarakan hal ini pun secara praktis juga akan timbul masalah.    

Misalnya ada seorang yang hanya mempunyai satu putra sebagai anak tunggal, sudah sepatutnya harus dicintai. Tapi bagaimana jika si anak tunggal ini menjadi penghianat dan mengorbankan bangsanya atau menjadi merampok? Apakah juga harus tetap dicintai? Dalam keadaan ini apakah juga harus kita bicarakan tentang cinta dan Cinta Benevolence (Ren) lagi? Maka dalam keadaan demikian tidak bisa tidak harus membicarakan tentang ‘Keadilan/Ketaatan/Kesetiaan (yi)’ kata Mensius. Dalam situasi begini bagaimanapun harus melapor kepada yang berwajib. Bahkan kalau perlu orangtuanya harus bertindak untuk mencegahnya atau membunuh anaknya. Ini yang disebut kesetiaan yang besar atau mendalam bisa membunuh rasa kekerabatan (大义灭亲da yi mie qin).

Dari sini bisa dilihat Cinta Benevolence/Ren () adalah cinta kekerabatan, ‘Keadilan/Ketaatan/Kesetiaan (yi) (Righteousness)’ adalah membunuh kekerabatan, dalam konteks ini keduanya berlawanan, disini mempunyai arti ‘kesetiaaan yang besar bisa membunuh rasa kekerabat’,  tapi ‘kesetiaan yang kecil tidak membunuh kerabat’, maka dalam aksara Mandarin Yi () ini mempunyai dua pengertian, pertama = ‘harus’, dan yang kedua = ‘dibunuh’. Jadi berarti ‘harus dibunuh’.   Seorang cendikiawan Tiongkok bernama Pangbu (庞补) terhadap pengertian Cinta Benevolece/Ren () dan ‘Keadilan/Ketaatan/Kesetiaan (yi) (Righteousness) ini memberi penjelasan sebagai berikut :  Cinta Benevolece/Ren adalah cinta yang sesuai dengan perasaan, tapi ‘Keadilan/Ketaatan/Kesetiaan (yi) adalah membunuh yang beralasan atau berkeadilan. ( 仁是合情的爱,义是合理的杀ren shi he li de ai, yi shi he li de sha).     Menurut etimologi aksara Yi (Taat/Adil/Setia) oleh cendikiawan Yi Zhong Tian (易中天) dalam kuliah umum dilukiskan sebagai berikut :


Setelah Mensius mengemukakan tentang Yi(ketaatan/kesetiaan), maka terselesaikanlah kekurangan dari pengertian yang kurang atas teori dari Ren (cinta benevolence) ini. Tapi Kong Hu Cu juga pernah mengatakan bahwa  hanya dengan Ren, seseorang baru benar-benar dapat mencintai orang dan juga membencinya.

Namun jika seorang selalu mengatakan cinta kepada seseorang, tapi juga membenci seseorang, akan sangat kontradiksi dan sulit diterima, maka setelah Mensius mengemukakan Yi(ketaatan/kesetiaan) kekurangan ini dapat terisi.  Di kemudian hari kata dan pengertian Ren Yi仁义 ini telah menjadi satu kosa kata yang berpandanan di kalangan orang Tionghoa.

Tapi pengertian Yi ini masih memiliki persoalan, sedang Ren tidak ada masalah karena cinta itu bagaimanapun tidak akan salah. Tapi Yi(kesetian/ketaatan) itu adalah pengorbanan, banyak sekali macam coraknya, misalnya 道义dao yi (Moralitas/Kebenaran/righteous); 仁义ren yi (Kebajikan dan Keadilan/kind & rightous); 忠义zhongyi ( Kesetiaan dan Kebenaran) ; 正义zheng yi (rightous/ketaatan/keadilan); 情义qing yi (ikatan persabatan / friendship);侠义xia yi (ksatriaan/kesopanan/chivalrous),  dan seterusnya. Jika semua ini dijadikan satu maka akan berbenturan dan berkontradiksi. Ren (cinta) tidak dapat berbenturan, kita mencintai ayah ibu, saudara dan anak istri tidak akan berbenturan (dalam hal perasaan), semua boleh dicintai. Tapi Yi bisa berbenturan dan terjadi konflik interes. Mensius jauh hari sudah bisa melihat hal tersebut, sehingga dia bercerita sebagai berikut.     

Suatu ketika Negara Zheng dan Negara Weiberperang, saat itu adalah zaman Perang Musim Semi & Gugur ( 春秋chunqiu), cara perangnya adalah secara duel ber-hadap-hadapan dengan kereta perang, masing pihak mengirim sang jagoannya (komandan perang) untuk beduel. Ini kali keduanya mengirim pemanahnya di atas kereta perang, kedua kereta ini sudah masing-masing berhadapan siap dengan panahnya dan berhenti pasang ancang-ancang. Etika perang saat itu sebelum berduel kedua pihak memberi salam dahulu, kemudian kedua belah pihak akan menyilahkan salah satu pihak untuk mulai menyerang.

Pemanah dari Negara Wei seorang muda, pemanah dari Negara Zheng sudah tua, maka pemanah dari Negara Wei menyilahkan pemanah dari Negara Zheng untuk mulai memanah lebih dahulu. Tapi pemanah dari Negara Zheng diam saja.  Pemanah muda dari Wei itu berkata: “Bapak tua, saya minta Bapak silahkan memanah saya terlebih dahulu.”.  
Pemanah tua dari Zheng menjawab: “Saya tidak akan memanah dulu.”.  
Pemanah muda berkata:”Mengapa? Ambil saja panah Bapak dan panahlah saya.”.  
Pemanah tua menjawab: “Hari ini saya sedang sakit, tidak kuat untuk menarik busur panah. Silahkan panah saja saya.”
Pemanah muda berkata: “Tidak bisa, karena guru saya adalah murid Bapak. Jadi keahlian memanah saya ini boleh dikatakan adalah Bapak yang menurunkan pada saya. Saya tidak bisa menggunakan apa yang Bapak ajarkan kepada saya untuk memanah dan membunuh Bapak. Tapi kini kedua negara kita sedang berperang, saya tidak bisa tidak memanah Bapak. Saya jadi serba salah.”

Pemanah dari Negara Zheng adalah kakek guru pemanah dari Negara Wei, jadi pemanah muda dari Wei ini mengatakan bahwa dia tidak akan menggunakan keahlian memanah yang didapatkan dari kakek gurunya ini untuk membunuhnya, ini adalah tidak etik. Tapi kini keduanya sedang berperang, kamu adalah lawan saya, jadi tidak memanah juga salah, maka tidak ada jalan lain. Si pemanah muda itu mencabut tiga batang anak panah, kemudian ujung panahnya dipukul-pukulkan dikeretanya sendiri hingga ujungnya patah, kemudian tiga anak panah ini berturut-turut dilepaskannya, kemudian dia melarikan keretanya kembali kebarisannya. Jadi secara ‘Etika Perang’ dalam perang itu dia tidak melanggar kesetiaannya, dia telah memanah sesuai kewajiban dan memenuhi tugas perangnya,  hanya masih belum bisa membunuhnya.

Mensius menceritakan ini, tujuannya untuk menunjukan pertentangan dan perbenturan dari Yi(kesetiaan/ketaatan) bisa diselesaikan dengan baik. Namun kontradiksi ini tidak mudah diselesaikan seperti apa yang dapat kita bayangkan, karena perang ini terjadi pada zaman Perang Musim Semi & Gugur ( 春秋chunqiu), dimana perang pada saat itu mempunyai ciri tersendiri. Perang pada masa itu semuanya tidak ada masalah dengan apakah itu adil atau tidak adil, setia atau tidak setia (春秋无义战chun qiu wu yi zhan), jadi jika tidak membunuh lawan adalah sah-sah saja. Pada pokoknya tidak ada Yi (kesetiaan dan ketaatan).

Pertanyaan adalah jika pemanah Negara Wei adalah seorang setia (“kebenaran/setia & taat”(正义zheng yi), dan tidak membunuh pemanah dari negara Zheng, mungkin dia harus bunuh diri. Karena dia berada dalam posisi yang serba salah karena jika tidak membunuh kakek gurunya salah, dianggap tidak setia terhadap negaranya, membunuh kakek gurunya juga berdosa. Tapi bunuh diri juga tidak ada gunanya, karena akan dianggap berhianat terhadap negaranya. Ada yang mengatakan bahwa bunuh saja kakek gurunya dulu, kemudian baru bunuh diri, tapi ini juga tidak menyelesaikan masalah.

Dalam hal ini dapat diuraikian sebagai berikut :
1.    Kamu membunuh kakek guru itu berarti ‘Ingkar terhadap guru dan membunuh moyang sendiri’ (欺师灭祖qi shi mie zu)  berarti tidak setia (不义bu yi ).
2.    Membunuh diri berarti membunuh pasukan terbaik dari negaranya, ini berati ‘Berhianat terhadap negara dan menguntungkan lawan’ ( 判国资敌pan guo zi di ) sama dengan tidak setia (不义bu yi ).
3.    Saat membunuh kakek gurunya, sang kakek guru berada dalam kondisi tidak mampu membalas, tapi tetap dibunuh, ini disebut ‘Membunuh orang yang tidak berdaya’( 趁人之危chen ren zhi wei) berarti  Tidak ksatria (不义bu yi ).
4.    Terakhir jika membunuh diri, berarti tidak berani memikul tanggung jawab terhadap kewajibannya menurut etika, berarti lari dari tanggung jawabnya itu berarti Tidak Setia (不义bu yi ).

Jadi kesimpulannya pemanah Wei ini akan menjadi serba salah. Jika kita mengambil pengertian Yiketaatan/kesetiaan sebagai standar, kesimpulannya bagaimanapun harus mati, karena tidak setia dan ksatria. Bisa dibayangkan akibatnya akan tak terbayangkan. Pemanah Wei ini akan tidak lagi dianggap sebagai manusia, lebih lanjut jika hingga berakibat demikian, apakah ini memang menjadi kewajiban dia? Jelas bukan. Maka Shakepeare dalam buku “Hamlet” saat akan membalas dendam mengatakan “Mati atau hidup masih menjadi suatu masalah”, maksudnya masalah ‘Moral’ masih tidak terselesaikan. Maka adalah sulit untuk menentukan apakah suatu perbuatan itu, apakah telah memenuhi atau melanggar Moral, dalam hal ini harus berhati-hati menilainya.

Tidak sama dengan cinta, karena cinta bisa kita lampiaskan dengan sebesar-besarnya dan tidak akan terjadi yang berlebihan. Membicarakan Yi harus hati-hati, karena untuk membicarakan Yi(kesetiaaan dan ksatriaan) harus berdiri pada suatu Keadilan.

Menurut para cendikiawan bahwa pada hakekatnya ‘Nilai Inti Benar/Salah’ (核心价值观he xin jia zhi guan) orang Tionghoa justru ada pada segi keadilan{‘kebenaran/setia & taat’(正义zheng yi)}. Yaitu selalu pada lingkup Kebenaran hakiki (zheng).  Bermoral (正义zheng yi) ini yang telah menjadi peran penting dan sangat baik dalam membentuk way of thinking bagi orang Tionghoa dalam hal bermoral dan berakhlak, dan menjadi sentimen ideologisnya. ( 非常好的思想文化的品德和情操fei chang hao de si xiang wen hua de pin de he qing cao ).  

Seperti apa yang dikatakan oleh seorang pujangga Tiongkok, Luxun鲁迅 : Sejak dulu orang Tionghoa itu selalu bekerja keras tanpa kenal lelah, mempunyai hati yang teguh dan tekun, siap berkorban untuk rakyatnya, dan ada yang dengan raganya telah menuntut suatu keadilan. Inilah yang menjadi tulang punggung dari bangsa Tionghoa.  (鲁迅 :我们自古以来,就有埋头苦干的人,有拼命硬干的人,有为民请命的人,有舍身求法的人。 这就是中国的脊梁. Luxun : wo men zi gu yi lai, jiu you mai tou gu gan de ren, you pin ming yin gan de ren, you shi sheng jiu fa de ren. Zhe jiu shi zhong guo de ji liang. ).  Ciri khas dari orang-orang ini adalah ‘Ketaatan/Kesetiaan’ dan Bermoral (正义zheng yi). *10

Kenyataannya rasa ‘Ketaatan dan Ksetiaan’ dan ‘Bertanggung Jawab’, bisa membentuk sifat seseorang menjadi besar, agung dan teguh.    Cinta dan Kesetiaan/Ketaatan (ren & yi) bisa membentuk sifat seseorang menjadi ‘Agung’ dan bermurah hati atau generous. Karena ‘Cinta Benevolence’(ren) inti pokok cintanya adalah toleran, murah hati. Dan Yi bisa membentuk seseorang menjadi ‘Agung’ dan ‘Teguh’, karena mempunyai konotasi membunuh. Suatu perasaan “Taat”, jadi harus teguh dan keras. Bagi orang yang setia dan taat adalah bersifat keras, jika sifatnya lembek tidak akan bisa setia dan Taat. Jadi untuk menjadi orang yang setia dan taat tidaklah mudah.

Tokoh yang mewakili Kongfusianisme ialah Kong Hu Cu yang menekankan akan ‘Cinta Benevolence’ren, Bagaimana cara mencintai orang? (仁者爱人ren zhe ai ren),  Cinta Benevolence ini dapat membentuk sifat seseorang menjadi ‘Agung’ dan murah hati.   Dan Mensius menekankan ‘Keadilan/Ketaatan/Kesetiaan (yi) (Righteousness)’, yang dapat membentuk seseorang bersifat ‘Agung’ dan ‘Teguh’. Tapi seorang untuk bisa bersifat teguh dan setia tidaklah mudah. Menurut Mensius bagi seseorang untuk bisa menjadi teguh dan setia tidak hanya perlu untuk selalu bisa mempertahankan semangat dan spirit tersebut,  tapi perlu juga ditunjang oleh ketahanan raganya.   

Dalam konteks ini menurut Mensius perlunya ditunjang dengan ketahanan raga dan pisik, kiranya ketahanan pisik dan raga yang bagaimana? Bagi Mensius ketahanan pisik dan dan raga adalah ‘Hawa Murni’ (qi). Menurut Mensius bagi seorang untuk bisa mempunyai ketahanan raga, maka perlu dan harus melatih ‘Hawa Murni’nya. Bagi orang Tionghoa yang dimaksud dengan ‘Hawa Murni’ atau qi adalah ‘Nyawa’ . Maka Mensius mengatakan bahwa dia telah berlatih dengan baik “Hawa Murni” (浩然之气hao ran zhi qi)  atau disebut juga “Perasaan Kejujuran” (正气zheng qi), kini dikalangan orang Tionghoa dikenal dengan kata-kata ‘Spirit atau Semangat untuk benar yang sangat kuat dan kokoh’ atau dengan kata lain Kejujuran (浩然正气hao ran zheng qi 《孟子·公孙丑上》 刚正宏大的精神kang zheng hong da de jing sheng)
           
 Ada satu cerita dimana suatu kali Gong Sun Chou (公孙丑) murid dari Mensius bertanya: “Mohon tanya kelebihan guru itu apa?”   
Mensius menjawab: “Saya telah berlatih dengan baik hawa murni kebenaran saya.”.  
Gong Sun Chou bertanya lagi: “Apa itu hawa murni kebenaran?”  
Mensius menjawab: “Itu tidak mudah untuk mejelaskannya. Tapi garis besarnya dapat dikatakan dia itu telah memenuhi jagad raya ini, suatu “hawa” yang sangat besar dan teguh. Selain itu hawa ini terbentuk secara akumulatif dari kebenaran dan tatakrama. Sebaliknya jika hawa kebenaran dan tatakrama ini tidak dipupuk dan ditumpuk pada diri kita, maka lama kelamaan akan menyusut dan tidak bertenaga lagi. Hawa ini merupakan akumulasi dari kebenaran dan tatakrama yang lahir dari diri kita sendiri, hanya bisa dilatih dan dikembangkan oleh diri kita sendiri, sama sekali tidak mengandalkan pura-pura untuk berlaku seperti berkebenaran dan bertatakrama. *11

Jadi Mensius dengan gamblang mengatakan bahwa ‘Hawa Murni Kejujuran’ adalah akumulasi dari Yi‘Keadilan/Ketaatan/Kesetiaan (yi) (Righteousness)’, yang dikumpulkan dalam badan kita sehingga menjadi bagian dari jiwa kita, menjadi suatu yang bisa mengerakkan atau menimbulkan reaksi terhadap pisik kita, yang dicerminkan atau diekspresikan dalam semangat dan sikap kita. 

Memang benar perihal ‘Hawa Murni Kejujuran’ ini tidak mudah untuk dijelaskan dengan kata-kata, Mensisus sendiri juga telah mengatakannya, lebih-lebih bagi orang bukan Tionghoa atau orang Barat yang selalu coba menganalisa berdasarkan teori-teori ilmiah. Tapi bagi orang Tionghoa hal ini bisa dimengerti maknanya. Orang Tionghoa selalu melukiskan sesuatu yang berkaitan dengan kejiwaan dengan “Hawa” atau Qi. Misalnya tulisan atau lukisan kaligrafinya yang mantap goresannya disebut ada hawanya/jiwanya (有气you qi).

Maka Mensius mengatakan bahwa jika seseorang mempunyai ‘Hawa Murni Kejujuran’ dia akan terlihat cantik. (充实之谓美  充实而有光辉之谓大   大而化之谓圣  圣而不可知之之谓神《孟子 尽心下》chong shi zhi wei mei, chong shi er you guang hui zhi wei da, da er hua zhi wei sheng, sheng er bu ke zhi zhi wei shen ).  Yang mempunyai arti bahwa perasaan Kejujuran (正气zheng qi) berada dalam kalbu kita, jika sesorang seluruh badannya dipenuhi dengan perasaan jujur, orang yang demikian pasti cakep/ganteng, dia itu “orang cantik” (perlu diketahui bahwa pada masa zaman Mensius hidup, orang cantik bisa juga ditujukan untuk lelaki yang ganteng). *12 

Dikatakan cantik karena orang yang demikian matanya pasti memancarkan sinar kewibawaan. Orang yang demikian disebut ‘orang besar’. Orang ini berlatih dan menempa diri menjadi orang besar, bahkan bisa mempengaruhi orang lain, merubah orang lain, sehingga orang lain juga menjadi memiliki ‘hawa kejujuran’ dan manjadi cantik. Orang yang begini disebut Orang Kudus (圣人sheng ren).  Jika dia bisa mempengaruhi dan merubah orang lain menjadi penuh dengan hawa kejujuran, dan orang yang bersangkutan tanpa menyadari telah terpengaruhi, maka orang yang demikian itu disebut Dewa.

Jadi ada empat tingkatan : Cantik, Besar, Kudus, Dewa (mei -- da --  sheng -- shen). Maka Mensius mengusulkan untuk berlatih ‘hawa murni’(kejujuran){养气yang qi}.

Dari konteks diatas ini siapakah yang harus berlatih ‘hawa murni’? Tidak lain tidak bukan adalah diri kita sendiri. ‘Hawa Murni Kejujuran’ tidak bisa minta orang lain untuk melatihkan untuk diri kita, atau orang lain yang memupuknya, dan kemudian ditanamkan pada diri kita, itu tidak mungkin. Sehingga timbul istilah dalam bahasa Tionghoa “Melatih hawa murni kejujuran akan meneguhkan dirinya”(养气必自强yang qi bi zi jiang).

Konfusianisme merupakan pemikir zaman Pra Qin Dinasti yang sangat penting, Konfusianis lebih memperhatikan masalah kebudayaan, mewariskan kepada orang Tionghoa ‘Nilai Inti Benar/Salah’ atau core value(核心价值观he xin jia zhi guan) yaitu Cinta Benvolence (仁爱ren ai); “kejujuran/kebenaran/setia & taat”(正义zheng yi) dan Bertumbuh Kuat Sendiri (自强zi jiang = Self renewal)

Cinta Benovolence terutama dikemukakan oleh Kong Hu Cu, dan “kebenaran/setia & taat”(正义zheng yi) dikemukakan oleh Mensius.  Kemudian Bertumbuh Kuat Sendiri (自强zi jiang = Self renewal) siapakah kiranya yang mengemukakannya?  Bertumbuh Kuat Sendiri terutama diutarakan oleh Xunzi荀子, atau lebih tepatnya adalah dari 《周易zhou yikarena sumbernya berasal dari 《周易zhou yidan 《易传yi zhuan


Xunzi荀子 ( 312 SM – 230SM ), merupakan guru besar Konfusianisme generasi ketiga dari zaman Pra Qin Dinasti, dimana ratusan pemikir cemerlang bermunculan. Xunzi lahir dengan nama Xun Kuang(荀况), tapi ada beberapa catatan sejarah yang mencatat bermarga Sun (), menurut Herbert Giles marganya berubah jadi Sun () sejak dari Raja Han Xuan Wang (汉宣王) dari Dinasti Han. Kemungkinan karena kemiripan bacaannya (homophone), dan marga Raja Han Xuan Wang juga Sun(). Nama kehormatannya adalah Qing, sehingga bernama Sun Qing (孙卿) atau Xun Qing (荀卿). Dia berasal dari Negara Qi, dan mendapat pendidikan di Negara Qi. Ada catatan sejarah yang mengatakan bahwa dia itu Bangsa Han (汉族han zu), dari Negara Chao (sekarang Provinsi Shan Xi, Anzhi) (周朝战国末期赵国猗氏今山西安泽人).

Pada umur 50 tahun mulai mengembara ke Negara-negara, pernah tiga kali menjadi pejabat di Negara Qi.   Xunzi荀子adalah seorang pemikir, ahli politik, pujangga besar, pendidik, termasuk tokoh terkenal dari kaum Konfusianisme. Muridnya yang terkenal adalah Han Fei Zi韩非子, Lisi李斯 (Pedana Menteri Negara Qin) kedua tokoh dari Legalisme, dan juga Zhang Cang张苍.

Xuzi seorang ahli metematika; ahli astronomi; penghitung kalender; pejabat dari Raja Han, berumur panjang (256SM – 152SM). Pendapatnya yang populer adalah ‘Manusia dasarnya cendrung berhati jahat’(人之初  性本恶ren zhi chu, xing ben e), berlawanan dengan pendapat Mensius yang mengatakan bahwa ’Manusia cendrung bersifat baik’ (人之初, 性本善ren zhi chu, xing ben shan).

Dalam buku Zhou Yi《周易zhou yidikatakan bahwa seorang bijak harus dapat terus berkembang tiada henti-hentinya dan seperti peredaran alam semesta, berkembang terus dan menjadi lebih kuat. (天行健   君子以自强不息《易传  象辞》tian xing jian, jun zi yi zi jiang bu xi). Tapi  cendikiawan Yi Zhong Tian berpandangan bahwa pengertian ini berasal dari Xunzi, karena dalam buku 《周易zhou yisama sekali tidak ada mengemukakan alasannya, tapi justru dikemukakan oleh Xunzi荀子. Walaupun dia adalah seorang Guru besar generasi ketiga Konfusianisme pada zaman Pra Qin Dinasti, dia ini dengan kedua guru besar Konfusianisme terdahulu ada beda pandangannya.

Perbedaaannya terletak pada teorinya yang mengemukakan tentang Tian atau Alam, Kong Hu Cu dan Mensius tidak mengemukakan tentang Tian atau Alam. Laozi dan Zhuangzi tidak membicarakan tentang orang. Atau dengan kata lain Kong Hu Cu dan Mensius hanya membicarakan tentang orang, sedang Laozi dan Zhuangzi senang membicarakan tentang Tian atau Alam. Inilah yang membedakan antara Konfusianisme (儒家ru jia) dan Daoisme (道家dao jia). Tapi dalam perkembangannya hingga zamannya Xunzi, maka Xunzi memadukan antara Konfusianisme dan Daoisme. Xunzi tidak saja membicarakan tentang Tian atau Alam, juga membicarakan tentang orang dengan lebih jelas, bahkan membahasnya dengan cara ilmiah.     

Misalnya Xunxi荀子 mengatakan bahwa hari tidak hujan itu adalah urusan Alam, rembulan ditutupi awan itu juga urusan Alam. Saat manusia menyembah atau berdoa untuk meminta hujan turun, atau saat gerhana bulan yang dikira rembulan akan dimakan oleh “Anjing Langit”, dan manusia ramai-ramai menabuh tambur untuk mengusir “Anjing Langit”, sebenarnya sikap ini hanya suatu bentuk ekspresi keinginan manusia belaka.  Maksudnya manusia boleh saja mengekspresikan segala keingian seperti diatas, minta hujan turun, mengusir “Anjing Langit” , tapi ini semua tidak boleh dianggap suatu yang benar, jika itu dianggap suatu kebenaran, maka itu adalah salah besar. Maka dapat dikatakan bahwa Xunzi adalah pemikiran zaman Pra Qin Dinasti yang paling memiliki pemikiran ilmiah.

Pemikir-pemikir zaman Pra Qin Dinasti sikapnya terhadap Alam bisa di bagi menjadi tiga :
-       Kong Hu Cu dan Mensius bersikap menghindar.
-       Laozi dan Zhuangzi bersifat filosofis.
-       Xunzi bersikap Ilmiah.

Pandangan Xunzi bisa dilihat dari kata-katanya yang berikut: Alam mengikuti jalurnya sendiri menurut hukum alam, tidak terpengaruh oleh karena berkuasanya seseorang apakah itu adalah Yao, Sun (尧舜= raja bijaksana dan kudus) atau Jie, Zhou(桀纣= raja lalim) yang bisa mengatur atau merubah hukum alam. (天行有常   不以尧存   不以桀芒《天论》tian xing you chang, bu yi yao cun, bu yi jie mang).

Sama sekali tidak ada hubungan dengan manusia, maka janganlah masalah gejala alam dan peran manusia dicampur adukkan jadi satu.  Suatu masyarakat menjadi makmur dan miskin serta keadaan masyarakat kacau atau aman, apakah ada hubungannya dengan gejala alam dan cuaca serta kesuburan tanah? Sama sekali tidak ada hubungannya. Tidak perduli siapapun yang berkuasa, tanah yang subur jika ditanami tumbuhan pertanian pasti akan mendapatkan panen yang baik, sebaliknya jika tanah tandus ditanami apapun akan tidak mendapat hasil yang baik. Tidak perduli siapapun yang berkuasa, jika tiba musim dingin pasti akan turun salju, dan saat musim panas matahari akan bersinar terik, sama sekali tidak ada hubungannya dengan peran manusia, manusia tidak bisa mengubahnya.

Karena hal tersebut diatas, Xunzi menyimpulkan antara lain sebagai berikut Alam tidak perlu ditakuti, apa yang akan terjadi terjadilah (天不可谓   事在人为tian bu ke wei, shi zai ren wei).  Ikuti saja kehendak alam, tidak perlu berbuat apapun (顺应自然   有所不为shun ying zi ran, you shuo bu wei). Maksudnya manusia tidak perlu berbuat dan tidak perlu coba mengubah gelaja alam, jadi yang tidak perlu dilakukan adalah suatu yang menentang hukum alam, hal-hal yang yang berkaitan dengan menentang hukum alam tidak perlu dipikirkan. Manusia itu akan bisa mengenali perubahan cuaca, kapan akan turun hujan, kapan akan ada terik matahari. Maka kita bisa memilih waktu yang tepat untuk bercocok tanam, bisa dari keadaan tanah mengetahui, apakah tanahnya subur atau tandus. Dan tanah yang bagaimana cocok untuk ditanami tanaman apa, sehingga bisa memilih tanaman yang cocok untuk ditanami diatas tanah yang ada. Pendek kata manusia harus bisa mengenal hukum dan gejala alam, menghormati dan berbuat sesuai dengan hukum alam. Menurut hukum alam ini mengatur semua pertanian dan produksinya, untuk hidup demi kemakmurannya. Inilah yang disebut ‘Berpandangan secara ilmiah’.

Alam memiliki aturannya sendiri (天有自己的规律tian you zi ji de gui lv). Pandangan ini sama dengan pandangan kaum Daoisme. Tapi padangan tentang alam dari Daois dan Xunzi tidak sama, pandangan Daois tentang alam adalah ‘Tidak Berbuat’(无为wu wei) yang mengatakan bahwa hukum alam adalah tidak berbuat, apapun tidak berbuat. Alam tidak mengadakan konferensi dan menentukan suatu peraturan atau mengumumkan maklumat untuk melaksanakan hukum alam. Alam itu apapun tidak berbuat, tapi apapun telah diperbuatnya (无为尔无不为wu wei er wu bu wei), maka hukum alam itu adalah tidak berbuat (天道无为tian dao wu wei).  

Tapi Xunzi tidak berpendapat demikian, dia melihat bahwa hukum alam itu memiliki ciri-ciri tertentu, yaitu berjalan sendiri (自为zi wei), tidak perlu diatur-atur. Jadi alam berjalan menurut jalannya alam sendiri, dan manusia berjalan menurut jalannya manusia. Alam bekerja sendiri tidak perlu dibantu manusia untuk menjalankan hukum alam, ini yang disebut ‘Alam bekerja sendiri (天道自为tian dao zi wei), maka dari itu orang bijak juga akan tumbuh kuat sendiri ( 君子自强jun zi zi jiang).

Tapi selain tumbuh kuat sendiri apakah tidak ada jalan yang lain? Xunzi mengatakan: Apakah alam bisa diubah? dikarenakan manusia tidak suka dingin, lalu meniadakan musim dingin? Apakah bumi itu bisa diubah karena manusia tidak suka jalan jauh, lalu bumi dibikin tidak luas? Jelas tidak mungkin. Maka sebagai seorang bijak, jangan dikarenakan disampingnya ada “orang kecilan” yang berisik mengemukakan argumentasi yang konyol, lalu bungkam dan menutup mata tidak barani melakukan apa yang seharusnya dia harus lakukan.   Seorang bijak harus berani melakukan apa yang mestinya dia lakukan. (君子不为小人   之匈匈也辍行《荀子 天论天》jun zi bu wei xiao ren, zhi xiong xiong ye chuo xing). 

Dari konteks diatas kita bisa lihat bahwa Xunzi adalah seorang yang bernalar dan mempunyai jiwa kecendiakawanan.(人文精神ren wen jing shen). Memang Xunzi ini sebagai guru besar Konfusianis generasi ketiga pada zaman Pra Qin Dinasti, yang ciri-cirinya paling menyolok, paling memiliki pikiran ilmiah dan bernalar. 

Xunzi berpendapat bahwa barang alamiah tidak bisa menjadi cantik, semua barang hasil kebudayaan dan peradaban adalah hasil karya manusia. (无为则性不能自美《荀子  礼论》wu wei ze xing bu neng zi mei). Dari sini kita bisa melihat perpaduan dari semangat keilmiahan dan peradaban yang menjadi satu. Dengan adanya unifikasi pemikiran yang demikian, maka Xunzi menjadi pemikir zaman Pra Qin Dinasti dalam perkembangan Konfusianisme telah menoreh garis yang bersinar cemerlang.  Dan ini semua merupakan warisan kaum Konfusianisme yang  diberikan kepada orang Tionghoa kini yaitu Cinta Benvolence (仁爱ren ai); Kejujuran/kebenaran/setia & taat’ (正义zheng yi = Rightous); Bertumbuh Kuat Sendiri (自强zi jiang = Self renewal)

Dari pembahasan mulai Jilid I, II, III, IV dan V kita dapatkan gambaran tentang:  Apa ; Mengapa ; Harus Bagaimana memperlakukan pikiran-pikiran dari para pemikir dari zaman Pra Qin Dinasti ini.   Kira-kira bisa terjawab apa itu yang dinamakan pemikiran dari zaman Pra Qin Dinasti. Mengapa pemikiran dan gagasan itu lahir.  Dalam keadaan sekarang bagaimana baiknya kita mewarisi pemikiran-pemikiran dan gagasan mereka.  

Menurut cendikiawan Yi Zhong Tian menyimpulkannya sebagai berikut : Kaum Motisme memperhatikan masalah sosial masyarakat, mewariskan kepada kita suatu masyarakat yang ideal yang dibambakan.  Yaitu Sama rata atau kesetaraan ( 平等 ping deng ); Saling menguntungkan ( 互利hu li ); Cinta Universil ( 兼爱jian ai ).

Kaum Daoisme memperhatikan kehidupan manusia, mewariskan kepada manusia tentang apa yang dibutuhkan manusia dalam hidup. Yaitu Ketulusan (真实zhen shi); Bebas (自由zi you); Toleransi (宽容kuan rong)

Kaum Legalisme memperhatikan Urusan Negara, mewariskan Prinsip Memerintah Negara, dengan asas Keterbukaan (公开gong kai) Openness ; Samarata (公平gong ping) Equity ; Berkeadilan (公正gong zheng) Candour.

Kaum Kongfusianisme memperhatikan kebudayaan, mewariskan ‘Nilai Standar Benar/Salah’ atau core value(核心价值观he xin jia zhi guan)’. Yaitu : Cinta Benvolence (仁爱ren ai) ; Kjujuran/kebenaran/setia & taat’ (正义zheng yi = Rightous) ; Bertumbuh Kuat Sendiri (自强zi jiang = Self renewal).

Keempat pandangan diatas dipadukan jadi satu merupakan warisan kebudayaan yang sangat berharga bagi bangsa Tionghoa dan semua umat manusia didunia. Ketika kita menghadapi warisan-warisan kebudayaan yang berharga tersebut, perlu kiranya bagi kita untuk bisa mengadakan penyesuaian-penyesuaian dan mengadakan abstraksi-abstraksi dalam mewarisi kebudayaan tersebut, dan dapat memadukan dengan keadaan kehidupan masyarakat masa kini. Dengan demikian kita dapat menciptakan satu keadaan yang didambakan kita semua yaitu ‘Damai dan Hormoni (和谐he xie)’.

Apa itu ‘Damai dan Harmoni’? Rumusan dari ‘Damai/Harmoni’ adalah ‘Bermacam-macam yang berbeda menjadi satu kesatuan’(多样统一duo yang tong yi). Jadi ‘Damai dan Harmoni’ itu memerlu dua persyaratan yaitu ‘Terdiri dari banyak macam yang berbeda’ dan ‘ Menjadi satu kesatuan’.  Pemikiran-pemikiran yang lahir pada zaman Pra Qin Dinasti ini, jutru terjadi demikian. Dinama sudut pandang dan perhatian mereka berbeda-beda, pandangan dan pemikirannya tidak sama, cara berpikirnya juga tidak sama, pendirian atas sosial masyarakat juga tidak sama, terdiri dari macam-macam pandangan, namun mereka merupakan suatu kesatuan, karena tujuan mereka sama-sama menginginkan ‘Perdamaian Dunia’( 天下太平tian xia tai pin), menginginkan Negara dengan ‘Good Governance’, Aman dan Sentosa. Sama-sama berusaha mencari jalan untuk kemajuan dan perkembangan masyarakat yang mereka dambakan. Sasaran yang hendak dicapai, dan idealisme mereka semuanya sama. Sehingga walaupun mereka saling berpolemik dengan sengit, tapi hasilnya adalah ‘Perdamaian dan Harmoni’(和谐he xie).

Maka kini ketika kita ingin mewarisi kebudayaan mereka ini, patut bagi kita juga bersikap sama dengan mereka dimana yang paling diutamakan adalah ‘Damai dan Harmoni’. Semangat demikian mengingatkan kita pada istilah yang sangat populer bagi yang mencintai perdamaian yaitu ‘Mendambakan persamaan dalam ketidak samaan’ (求同存异qiu tong cun yi ) atau sama dengan Dasar Negara Kita Pancasila “ Bhineka Tunggal Ika”.    

Setiap orang boleh mempunyai pandangannya sendiri-sendiri, boleh mempunyai sikapnya sendiri, boleh memiliki pikirannya sendiri, boleh mempunyai cara-caranya sendiri, tapi janganlah ‘Maunya Menang Sendiri’ ( Terribly conceited / 惟我独尊 wei wo du zun). Harus mau menerima orang lain atau golongan orang lain untuk mempunyai pendapat dan pikirannya sendiri yang berbeda dengan kita.  Orang perlu untuk belajar menghormati orang lain yang berbeda dengan dirinya, sekaligus belajar untuk tidak memaksakan kehendak diri atau kelompoknya. Apalagi menjatuhkan hukuman kepada orang lain atau kelompok lain dengan ukuran yang mereka buat dan telah mereka sepakati sebagai satu-satunya kebenaran yang tidak boleh dibantah atau dipertanyakan.

Bagi kaum penguasa janganlah menghukum orang karena seorang mempunyai pikiran lain dengan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh pemerintah.  Menghadapi pemikiran-pemikiran dari pemikir-pemikir zaman Pra Qin Dinasti ini, kita harus bisa menyeleksi dan menyimak sendiri apa saja yang paling patut dan paling dibutuh oleh kita sendiri, dengan mengadakan analisa dan menyimpulkannya sendiri. Tapi jangan hanya diambil penggalan-penggalannya.( 厚此薄彼hou ci po bi / Treat with partiality ), dan tidak perlu untuk berdebat untuk ingin menang atau kalah, jangan berdebat untuk merasa lebih unggul. Kita harus bisa menyatukan  pandangan yang berbeda-beda ini, untuk menyatukan kebangkitan perdamaian dunia, menyatukan kemakmuran manusia diseluruh jagad ini, menyatukan kebahagiaan seluruh umat manusia didunia.

Dari pembahasan tulisan ini kita telah melihat keagungan dan kecermerlangan dari pemikir-pemikir zaman Pra Qin Dinasti ini seperti Kong Hu Cu (孔夫子kong fu zi), Moti/Mozi(墨子), Mensius(孟子mengzi), Zhuangzi(庄子), Han Fei Zi(韩非子), Lisi(李斯), dan lain-lain, yang bercita-cita dan berusaha untuk perdamaian dan kemakmuran rakyat Tiongkok zaman Pra Qin Dinasti ini. Kita patut memberi hormat yang setinggi-tingginya bagi mereka, yang telah berbuat sesuatu yang agung bagi peradaban umat manusia.  

Ini menjadi kebanggaan bagi bangsa Tionghoa yang mempunyai leluhur yang bercita-cita agung untuk perdamaian dan kemakmuran kehidupan manusia dalam dunia ini, tapi sebagai orang Tionghoa yang hidup dalam dunia ini patut dan harus dapat melopori ‘Perdamaian Dunia’ dan ‘Kemakmuran Umat Manusia Dunia’ seperti apa yang dicita-citakan dan diperjuangkan para leluhurnya---pemikir-pemikir  zaman Pra Qin Dinasti ini.  Sebagai bangsa Indonesia yang kebetulan berleluhur Tionghoa, juga harus dapat bersumbangsih dalam berbangsa dan bernegara untuk Indonesia, terutama dalam menegakkan perdamaian dan hidup harmoni dengan mainstream Indonesia.     

Seperti apa yang dikatakan oleh Ibn F Muchhammad Dukseno seorang rohanianwan, dalam tulisannya di Harian Sinar Harapan “Andai Tak Ada ketegangan Antar Umat Beragama” (Dikutip dari SH tgl. 10-06-2008) mengatakan antara lain : Orang perlu tempat untuk belajar menghormati orang lain yang berbeda dengan dirinya sekaligus belajar untuk tidak memaksakan kehendak diri atau kelompoknya. Apalagi menjatuhkan hukuman kepada orang lain atau kelompok lain dengan ukuran yang mereka buat dan telah mereka sepakati sebagai satu-satunya kebenaran yang tidak boleh dibantah atau dipertanyakan. Kembali orang harus diingatkan bahwa Sang Pencipta semesta justru yang menghendaki adanya keunikan setiap ciptaan-Nya. Dalam hal ini, orang perlu menemukan heart of religion dari agama yang dianutnya supaya tidak hanyut dan terpaku pada simbol-simbol atau atribut-atribut yang kebetulan dibawa agamanya. Heart of religion ini yang bisa menyatukan orang-orang yang mempunyai latar belakang agama dan budaya yang berbeda. Orang tidak sekedar toleransi, yang secara kasar bisa kita artikan tidak saling mengganggu, tetapi akan sampai kepada suatu usaha bersama menjawab keprihatinan dalam kehidupan ini.   

“Bhineka Tunggal Ika isinya tidak hanya tentang kesatuan suku, budaya, dan bahasa, namun ada harapan besar supaya orang menemukan aspek kesatuan yang hakiki antarwarga negara yang anggotanya beragam. Kesatuan hakiki itu bisa terjadi jika heart of religion ditemukan dalam setiap warga negara”.

Almarhum Nurcholish Madjid mengemukakan bahwa pluralisme tidak dapat dipahami hanya dengan mengatakan bahwa masyarakat kita majemuk, beraneka ragam, terdiri dari berbagai suku dan agama, yang justru hanya menggambarkan kesan fragmentasi, bukanlah pluralisme.
Pluralisme juga tidak boleh dipahami sekadar sebagai “kebaikan negatif”, hanya ditilik dari kegunaannya untuk menyingkirkan fanatisisme. Pluralisme harus dipahami sebagai “pertalian sejati kebhinekaan dalam ikatan-ikatan keadaban”. (dikutip dari salah satu Harian di Jakarta dari tulisan Herdi Sahrasad Associate Director Pusat Studi Islam dan Kenegaraan (PSIK) Universitas Paramadina Jakarta ).

( Habis)

*10 http://www.baidu.com/

鲁迅 :我们自古以来,就有埋头苦干的人,有拼命硬干的人,有为民请命的人,有舍身求法的人。 这就是中国的脊梁

*11  http://baike.baidu.com/view/80259.htm?fr=ala0_1_1

释义
“浩然之气”这个词,一般用来形容一种刚正宏大的精神,这是中国古代著名思想家孟子创造的一个词语,是一个富有创新思维的哲学概念。它对二千多年来中华民族思想道德的传统,产生了深远的影响。
来源
据《孟子•公孙丑上》记载,有一次,孟子的弟子公孙丑问孟子,说:“请问老师,您的长处是什么?”孟子说:“我善于培养我的浩然之气。公孙丑又问,什么 叫浩然之气?孟子说:“这很难描述清楚。如果大致去说的话,首先它是充满在天地之间,一种十分浩大、十分刚强的气。其次,这种气是用正义和道德日积月累形 成的,反之,如果没有正义和道德存储其中,它也就消退无力了。这种气,是凝聚了正义和道德从人的自身中产生出来的,是不能靠伪善或是挂上正义和道德的招牌 而获取的。
*12  Lelaki cantik (男人叫美人nan ren jiao mei ren) ; wanita cantik (女人叫美女nv ren jiao mei nv)


Daftar  Perpustakaan
-       先秦诸子百家争鸣易中天 CCTV
-       经典阅读文库 ---- 论语       李薇/主编
-       经典阅读文库 ---- 道德经       李薇/主编
-       中国古典名著精品 ---- 菜根谭      洪应明  
-       Internet : http://friesian.com/confuci.htm  : Confucius
-       孔子  -----   維基百科,自由的百科全書 Internet
-       网址:http://www.popyard.org
-       中国人生叢书    -----   墨子的人生哲学        杨帆/主编    陈伟/
-       Internet : http://baike.baidu.com
-       The Sayings of Mensius / 英译孟子      史俊赵校编
-       南华经    庄子   周苏平    高彦平   注译    安徽人民出版社
-       庄子   逍遥的自由人     林川耀 译编  出版者 :常春树书坊
-       http://www.sxgov.cn/bwzt/wmsxx2/lf/447465_1.shtml   春秋五霸之---晋文公
-       “When China Rules The World -  The rise of middle kingdom and the end of the western world”  by Martin Jacques ALLEN LANE an imprint of Penguin Book, First Published 2009